RASULLULAH DALAM MENGENANGMU….
Sebuah
Artikel oleh Gusnawati S.Ag
Kami susuri lembaran sirahmu
Pahit getir perjuanganmu
Engkau taburkan pengorbananmu
Membawa cahaya kebenaran
Untuk umat mu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya
Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlak mu
Tidak terbalas segala jasa mu Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Sesungguhnya engkau rasul mulia Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir nama mu di dalam Al Quran
Rasulullah kami ummatmu
Walau tak pernah melihat wajah mu
Kami cuba mengingatimu Kami sambung perjuanganmu
Dan kami cuba mengamalsunnah mu Walau kami dicaci dihina
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela. By: The Dzikr
Entah mengapa….setiap menyanyikan
lagu ini ada rasa rindu yang menyayat….terbayang sosok pribadi yang tangguh,
tegas, kuat , namun tetap lembut betapa tidak ketika hampir seluruh kerabatnya,
bahkan seluruh kaumnya memusuhi..namun dia tetap tabah dalam kebenaran, meski
hanya tertinggal dia dan orang-orang yang benar benar mencintainya.
Pribadi tagguh, kuat, jujur,
pemaaf dan penuh kebijakan yang melekat pada dirinya memang tak terbentuk
dengan begitu saja, selain memang beliau telah dijaga oleh Sang Khalik bahkan
sejak sebelum beliau dilahirkan di muka bumi ini, beliaupun telah ditempa
dengan begitu banyak cobaan-cobaan. Sebelum dilahirkan ke dunia ini, ketika
usia kandungan Umminda siti Aminah sekitar tujuh bulan ia telah ditinggalkan
oleh ayahanda Abdullah Bin Abdul Muthalib. Tentu saja dalam kedukaan yang
mendalam, bagi seorang ibu yang ditinggal pergi oleh suminya anak yang ada
dalam kandungan akan menjadi tumpuan
harapan dengan do’a mendalam agar anak yang terlahir kelak penuh dengan
keberkahan dan dapat melanjutkan garis keturunan keluarga
Begitupun ketika lahir di dunia
ini kondisi Umminda tidak memungkinkan untuk menyusui sendiri yang pada
akhirnya beliau disusui oleh ibunda Halimatus Sa’diyah, dengan demikian situasi
ini telah membentuk pribadi tangguh dalam diri beliau sejak masih bayi sudah
harus
berpisah dengan orang-orang
terkasih. Ketika Muhammad kecil berusia
enam tahun sang Ummindapun pergi untuk
selamanya di Abwa setelah kelelahan dalam perjalanan untuk berziarah ke makam
ayahanda . Satu lagi orang terkasih dalam hidup beliau harus pergi. Lengkaplah
sudah predikat yatim piatu untuknya.
Muhammad kecil itu kini dibiarkan nuntuk memikul beban hidup yang begitu berat
sebagai yatim piatu, tentulah semua telah dirancang oleh Sang Khalik untuk
menjadikannya pribadi yang kuat dan tak mudah menyerah.
“Bukankah engkau dalam keadaan
yatim-piatu Lalu diadakan-Nya orang yang melindungimu ? dan menemukan kau
kehilangan pedoman, lalu ditunjukkan-Nya jalan itu.? “ (Q.S Adh-Dhuha 6-7).
Kenangan memilukan ketika
ditinggalkan oleh orang terkasih kembali terulang dua tahun setelah itu, ketika usia
delapan tahun Sang kakek Abdul Muthalib yang begitu menyayangi cucunya inipun
pergi untuk selamanya, kesedihan kembali menyelimuti Muhammad kecil, dalam
kesedihan dan ketabahan mendalam dengan penuh linangan air mata ia ikut
mengantarkan keranda jenazah sang kakek tercinta.
Dalam asuhan pamanya
Muhammad kecil tumbuh menjadi pribadi yang bijak dan selalu bisa
menempatkan diri dengan tepat. Abu Thalib begitu mencintai kemenakannya itu,
seperti ayahandanya Abdul Muthalib, Muhammad kecil yang luhur, cerdas, suka
berbakti dan baik hati, membuat Abu Thalib jatuh hati padanya. Terkadang Abu
Thalib lebih mendahulukan kemenakannya dibandingkan dengan anaknya sendiri.
Pada usia dua belas tahun ketika Abu Thalib akan berdagang ke Syam, dengan
perjalanan yang cukup sulit tak terbayangkan olehnya untuk membawa kemenakannya
itu, namun Muhammad yang baru beranjak remaja itu menawarkan diri dengan ikhlas
untuk menemani pamannya. Keraguan dalam hati Abu Thalibpun lenyap sudah melihat
Muhammad remaja yang penuh dengan tanggung jawab membantu dan menemaninya,
sebagaimana banyak riwayat yang menjelaskan dalam perjalanan ini pulalah Abu
Thalib diberi tahu oleh seorang pendeta yang bernama Buhaira bahwa kelak kemenakkannya
ini akan menjadi Nabi akhir zaman sebagaimana tanda-tanda yang diterangkan
dalam Kitab-Kitab sebelumnya. Dibawah asuhan pamannya inilah ia mendapat
perhatian dan pemeliharaan yang sangat
baik dan mendapat perlindungan sampai masa kenabiannya.
Masa masa awal kenabian merupakan
masa tersulit dalam kehidupan beliau, dimusuhi, dicaci, dihinakan bahkan
dilempari kotoran oleh kerabat-kerabatnya sendiri, mereka mengatakan Muhammad
telah gila karena keyakinannya. Tapi tak pernah terlontar sedikitpun kata-kata
yang tak baik dari mulut beliau, tak ada dendam bahkan beliau selalu mendo’akan
kebaikan untuk orang-orang yang menyakitinya. Bahkan ketika kemenangan ada di
tangan umat islam ketika Futuh Makkah saat itu beliau bisa memberikan hukuman
yang pantas bagi orang-orang yang telah menyengsarakannya, yang pernah
membuatnya bersama pengikutnya kelaparan dalam pengasingan (pemboikotan) selama
tiga tahun, tapi beliau tidak mengambil kesempatan itu. Beliau memberfikan maaf yang seluas-luasnya kepada
orang-orang yangb telah menyakitinya. Pernah suatu ketika beliau menjenguk
seorang wanita yahudi yang selalau meludahinya setiap hari dan menyakan
keadaannya serta mendo’akan kebaikan dan kesembuhan untuknya. Beliau dan umat
Islam telah didik untuk menjadi pemaaf bagi siapapun yang telah menyakitinya.
“
Jadilah engkau pemaaf! Dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS. Al A’raaf: 199).
Seiring
masa kenabian dan da’wahnya yang cukup sulit semakin menempa pribadinya menjadi
pribadi yang tawadhu’ dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau tak pernah
menginginkan para sahabat untuk berdiri menyambut kedatangannya seperti yang
dilakukan terhadap para raja. Sejarah telah mencatat beliau adalah seorang
pemimpin yang paling sederhana, paling bijaksana dalam memutuskan setiap
perkara. Beliau senang mempermudah urusan orang lain, dan tidak menyukai sikap
keras terhadap orang lain dan mempersulit urusan mereka. Sebagaimana sabdanya “sesungguhnya
kalian di utus untuk mempermudah mereka, dan kalian tidak di utus untuk
mempersulit mereka”. Kesederhanaannya terbukti dengan tak satupun harta
mewah yang ia miliki, kebijaksanaan terbukti bahkan sejak sebelum menjadi nabi
ketika beliau diminta oleh kaumnya untuk memutuskan suatu perkara ketika akan
merenovasi ka’bah.
Ali
bin Abi Thalib menjelaskan Tak seorang
pun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau.”Ali berkata, “Jika
kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya, maka kami berlindung kepada
Rasululloh Tak seorang pun yang lebih dekat jaraknya
dengan musuh selain beliau.” Dari penjelasan di atas jelas sekali
beliau mempunyai sifat patriotisme yang sangat tinggi dalam peperangan, tak
gentar dengan kekuatan musuh dan selalu menjadi pelindung bagi para
sahabatanya. Beliau memiliki keberanian, patriotisme dan kekuatan yang sulit
tandingannya. Beliau adalah orang yang paling pemberani, mendatangi
tempat-tempat yang sulit. Beliau adalah orang yang tegar, terus maju dan tidak
mundur serta tidak gentar. Satu lagi bukti sejarah yang mencatat di masa akhir
hayatnyapun, yang beliau ingat adalah umatnya..beliau memanggil
umatii…ummatii…begitu khawatirnya beliau dengan kondisi umatnya setelah beliau
pergi.
Begitu
banyak catatan sejarah yang telah mngupas pribadi yang agung ini…rasanya tak
akan cukup banyak tinta dan kertas untuk menggambarkan betapa mulia pribadinya
yang menjadi tauladan bagi kita semua,dapat kita gambarkan secara ringkas
diantara tindak-tanduk beliau yang tercatat dalam sejarah dan sangat terkenal antara lain :
v
Memaafkan
musuh dan para sahabat-sahabatnya yang menyakitinya. Di perang Uhud beliau
berdoa untuk kaum kafir yang menyebabkan mulutnya berdarah “Ya Allah
maafkanlah mereka yang tidak tahu”
v
Sangat penyantun. Beliau biasa memberi minum
hewan piaraanya dan menunggunya hingga
selesai. Beliau membersihkan wajah dan mata kuda tungganganya.
v
Ketika dipanggil, beliau menjawab dengan berkata
“labaik” (ya!) Beliau tidak pernah melangkahi orang lain, jika melihat ada
orang yang berjalan , beliau mengajak orang itu menumpang di hewan
tunggangannya.
v
Tidak memandang dirinya memiliki kelebihan
dibanding lainnya. Beliau tak akan duduk diam, selalu ikut bekerja ketika para
sahabatnya bekerja.
v
Seringkali nabi duduk di kedua lututnya. Beliau
juga pernah berdiri menggunakan lututnya ketika memeluk menyambut
sahabat-sahabatnya. Beliau tidak pernah membedakan makanan untuknya dan para
pembantunya, demikian juga dalam hal berpakaian. Beliau sering membantu
pelayannya menyelesaikan pekerjaan.
v
Beliau suka menambal sendiri pakaiannya yang
sobek, memerah susu kambingnya, dan memberi minum hewan piaraannya.
v
Beliau sering mengunjungi orang yang sakit dan
menghadiri pemakamannya. Untuk menggembirakan hati si sakit, beliau
mengunjunginya meskipun si sakit kafir atau munafik.
v
Ketika beliau tidak
melihat sahabat-sahabatnya selama tiga hari beliau akan menanyaknnya. Bila
sahabatnya itu sedang bepergian beliau mendoakannya, atau bila sahabatnya ada
di kotanya beliau akan mengunjunginya.
v
Beliau selalu
mendahului menyambut orang lain yang dijumpainya.
v
Beliau suka melayani
tamunya dan para sahabatnya dan beliau menyatakan: “orang yang paling dekat
dengan masyaraktnya adalah orang yang selalu melayani orang lain.”
v
Tidak seorang pun
pernah menyaksikan beliau tertawa terbahak-bahak. Beliau suka tersenyum kecil.
Kadang-kadang gigi depannya tampak ketika beliau tertawa.
v
Beliau selalu tampak
hati-hati dan cermat. Beliau suka berbicara pelan-pelan. Beliau biasa memulai
pembicaraan dengan senyum.
v
Beliau tidak memiliki
pengawal atau penjaga. Setiap orang dapat menemuinya dan mengutarakan
masalahnya.
v
Beliau sangat pemalu.
Beliau biasa memperhatikan wajah orang yang mengajaknya berbicara.
v
Meskipun beliau orang
yang memiliki keutamaan, beliau berkata: “Di antara kalian akulah orang yang
paling paham tentang Allah dan paling takut kepada-Nya. Bila kalian tahu apa
yang aku ketahui maka kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Sifat-sifat
yang sudah disebutkan di sini hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan
dan keagungan sifat-sifat beliau. Secara umum, Rasulullah SAW adalah tempatnya
sifat-sifat kesempurnaan. Allah SWT membimbing dan membaguskan bimbingan-Nya,
Sebagaimana Allah berfirman dan memuji
beliau,
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al Qalam ayat 4)
SUBHANALLAH…Semoga
kepribadian yang mulia ini dapat kita teladani….sepanjang hayat…………….
Serang, awal
2014 di penghujung Januari yang gerimis